Setiap manusia tentunya ingin mencapai kehidupan yang layak, sarat akan kelimpahan dan kebahagiaan. Mereka berlomba-lomba untuk mengisi kesempatan yang masih terlihat dan berusaha mengembangkannya dengan berbagai usaha yang dapat menghasilkan uang. Di negara kita masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan persentase yang lebih tinggi daripada masyarakat yang telah hidup berkelimpahan. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena kita tahu bahwa semakin hidup tidak layak, masyarakat Indonesia akan semakin tidak produktif sehingga kinerjanya dalam proses pembangunan nasional akan menjadi lebih rendah. Hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan individu. Ketika kinerja mereka rendah, mereka tidak mampu untuk menghasilkan sesuatu yang lebih, termasuk pendapatan. Namun kenyataan ini ternyata lebih mengkhawatirkan karena penghasilan yang rendah ini tidak diimbangi dengan menurunnya sifat konsumerisme dari diri mereka. Hasrat manusia untuk mengkonsumsi produk akan semakin besar sehingga tidak jarang mereka meminjam uang kepada lembaga atau jasa peminjaman uang yang ada di sekitarnya. Dengan melakukan hutang, mereka mencoba melampiaskan segala keinginan duniawi itu hanya demi menjunjung tinggi martabatnya di masyarakat. Namun masalah akan datang ketika mereka tidak mampu membayar hutang-hutangnya, bahkan keberadaan mereka sangat diperhitungkan jika memang hal tersebut berkekuatan hukum.
Kisah hidup berikut ini menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang menjadi hancur berantakan akibat dililit hutang yang begitu besar jumlahnya. Pada mulanya, bu Rita membangun sebuah kehidupan sederhana bersama suaminya di daerah Solo. Suaminya yang pada saat itu membuka sebuah bengkel dinamo telah mengalami perkembangan sehingga semua kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi. Semakin hari, bengkel dinamonya semakin berkembang hingga memiliki tiga kios cabang yang berada di kota yang sama. Tentu saja hal tersebut mampu mengubah kehidupan keluarga bu Rita menjadi lebih baik, hingga akhirnya mereka dapat membangun sebuah rumah mewah yang terletak tidak jauh dari rumah kontrakan sebelumnya.
Pada saat itu Tuhan memang memberikan kelimpahan rezeki kepada bu Rita dan keluarganya. Namun pada kenyataannya kelimpahan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya. Tidak jarang mereka menghambur-hamburkan uang hanya untuk konsumsi barang-barang yang kurang bermanfaat. Semakin hari, rumahnya semakin penuh dengan berbagai barang mewah yang tentunya telah menguras banyak penghasilan mereka. Mereka juga menerapkan gaya hidup mewah selayaknya masyarakat menengah ke atas yang seolah-olah uangnya tidak akan pernah habis termakan waktu. ”Besar Pasak daripada Tiang”; hal inilah yang akhirnya terjadi dalam kehidupan bu Rita dan keluarganya. Secara perlahan, penghasilan suaminya semakin menurun hingga batas rendah yang sangat mengkhawatirkan. Namun dalam keadaan seperti itu, gaya hidup mewah yang mereka terapkan sama sekali tidak berubah, bahkan semakin hari semakin parah. Keinginan yang besar dalam konsumsi barang tersebut akhirnya memaksakan mereka untuk meminjam uang di bank dengan jaminan beberapa surat berharga yang mereka miliki.
Peringatan Tuhan atas kehidupan mereka ternyata sama sekali tidak pernah diindahkan, bahkan mereka tidak rela jika harus kembali ke kehidupan sederhana seperti pengalaman sebelumnya. Tiga cabang usaha suaminya telah bangkrut dan akhirnya ditutup karena sama sekali tidak menghasilkan keuntungan. Hutang-hutang semakin menumpuk dan penghasilan mereka semakin menurun. Berbagai cara klenik telah dilakukan untuk menghidupkan kembali usaha mereka namun semuanya sama sekali tidak membawa hasil. Pada akhirnya, hutang yang semakin tinggi itu memaksakan mereka untuk menjual mobil serta berbagai barang mewah dari dalam rumahnya untuk melunasi sebagian hutang yang ada. Namun ketika semua telah habis, hutang tersebut kian parah akibat bunga yang cukup tinggi hingga jalan terakhir bagi pelunasannya hanyalah dengan menjual rumah mewah mereka. Berat bagi mereka untuk melepasnya karena itulah aset hidup satu-satunya yang masih tersisa.
Penderitaan mereka tidak berhenti sampai disitu. Penjualan rumah mereka ternyata belum mampu juga untuk menutup semua hutang yang jumlahnya ratusan juta tersebut. Ketakutan dan perasaaan tidak tenang selalu mereka rasakan setiap hari karena para pihak yang berpiutang mencoba untuk menagih ke rumah kontrakannya, namun bu Rita dan suaminya selalu beralasan akan membayarnya dalam jangka waktu yang tidak lama lagi. Akhirnya untuk melepaskan tanggung jawab, mereka melarikan diri ke NTT dan menyerahkan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMU itu ke saudara dekatnya yang ada di Solo. Tentu saja itu bukanlah penyelesaian masalah karena anak-anak mereka justru menderita tekanan batin karena secara tidak langsung, mereka yang harus menghadapi berbagai pihak yang berpiutang. Saudara-saudara mereka yang merasakan iba berusaha untuk mencari solusi permasalahan agar semuanya dapat selesai dengan cara yang baik dan sesuai prosedur. Tentunya kehidupan mereka juga menjadi tidak tenang akibat tagihan hutang dari Bank yang setiap saat datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Penderitaan mereka tidak berhenti sampai disitu. Penjualan rumah mereka ternyata belum mampu juga untuk menutup semua hutang yang jumlahnya ratusan juta tersebut. Ketakutan dan perasaaan tidak tenang selalu mereka rasakan setiap hari karena para pihak yang berpiutang mencoba untuk menagih ke rumah kontrakannya, namun bu Rita dan suaminya selalu beralasan akan membayarnya dalam jangka waktu yang tidak lama lagi. Akhirnya untuk melepaskan tanggung jawab, mereka melarikan diri ke NTT dan menyerahkan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMU itu ke saudara dekatnya yang ada di Solo. Tentu saja itu bukanlah penyelesaian masalah karena anak-anak mereka justru menderita tekanan batin karena secara tidak langsung, mereka yang harus menghadapi berbagai pihak yang berpiutang. Saudara-saudara mereka yang merasakan iba berusaha untuk mencari solusi permasalahan agar semuanya dapat selesai dengan cara yang baik dan sesuai prosedur. Tentunya kehidupan mereka juga menjadi tidak tenang akibat tagihan hutang dari Bank yang setiap saat datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Tidak lama setelah itu, mereka datang ke Bioenergi untuk mendapatkan pencerahan hidup yang lebih baik. Saya mencoba untuk menenangkan hati mereka agar terbebas dari segala perasaan negatif akibat permasalahan tersebut. Segala permasalahan yang ada di dunia ini pasti ada jalan keluarnya karena Tuhan selalu berada di samping kita, kapan pun dan dimana pun. Apalagi jika kita mampu menghadirkan kecerdasan Bioenergi dalam diri kita, dijamin segala hambatan akan teratasi sehingga tercipta kehidupan yang lebih harmonis dan bahagia. Satu dari antara mereka lalu bertanya apakah kecerdasan Bioenergi akan dapat diakses dalam diri seseorang jika orang tersebut berada di tempat yang sangat jauh, bahkan di luar pulau. Segera saya menjelaskan bahwa kecerdasan Bioenergi ini dapat dihadirkan dimana pun dan kapan pun; ini berarti tidak menutup kemungkinan bahwa Bioenergi juga dapat dihadirkan dengan jarak yang jauh. Akhirnya atas permintaan mereka, saya segera mentransfer kecerdasan Bioenergi ke diri bu Rita dan suaminya yang sedang berada di NTT agar diberikan pencerahan dan kesadaran atas segala tanggung jawabnya, baik terhadap hutang-hutangnya maupun terhadap nasib anak-anaknya. Bu Rita dan suaminya pun telah dikonfirmasi sebelumnya agar menyiapkan hati dan pikiran sehingga energi yang hadir akan benar-benar bermanfaat bagi kebaikan hidup mereka.
Pada intinya, Bioenergi dapat dihadirkan oleh siapa pun dan dapat disalurkan ke diri siapa pun. Jadi, energi kreatif ini tidaklah berbahaya karena semua itu berpangkal dari sumber semesta Tak Terbatas dan atas izin Sang Pencipta sehingga akan mewujudkan suatu keyakinan dan kehidupan yang lebih baik. Beberapa hari setelah itu terjadilah hal yang tidak pernah diduga sebelumnya. Kedua suami istri tersebut secara mengejutkan kembali pulang ke Solo dan mengucapkan beribu minta maaf kepada anak dan keluarganya yang sempat mereka tinggal secara paksa. Mereka menjadi sadar bahwa seharusnya dari awal mereka bertanggung jawab untuk melunasi hutang-hutang tersebut, bagaimana pun caranya. Keluarga besar bu Rita meyakini bahwa ini terwujud berkat kecerdasan Bioenergi yang menyadarkan setiap orang untuk dapat berpikir secara konstruktif. Dengan kondisi darurat tersebut, mereka memberi saran kepada bu Rita dan suaminya untuk mengikuti program QUANTUM yang diadakan oleh Bioenergi. Awalnya mereka ragu karena tidak memiliki uang sama sekali, namun ketika ibu kandung bu Rita bersedia menanggung biayanya, akhirnya bu Rita dan suaminya bersedia mengikuti program pelatihan tersebut dari awal sampai akhir.
Hasil luar biasa mereka rasakan semenjak mengikuti program tersebut. Hati dan pikiran mereka terasa damai dan tenang. Segala hal buruk sama sekali lenyap dari benak mereka seperti cemas, takut, ragu-ragu atau pun hal buruk lainnya yang sebelumnya selalu mereka rasakan. Keberhasilan dan kebahagiaan mulai terbersit di benak mereka sejak saat itu. Akhirnya dengan pinjaman modal seadanya dari saudara-saudaranya, bu Rita dan suaminya mulai merintis usaha baru, yaitu berjualan baju batik dengan cara door to door. Usaha itu mengalami perkembangan hingga akhirnya mereka mampu menyewa sebuah kios di pasar daerah Solo dan menjual berbagai model baju yang beragam dan menarik. Secara perlahan, penghasilan dari usaha tersebut mereka gunakan untuk melunasi seluruh hutang di bank, juga kepada saudara-saudara yang telah berbaik hati meminjamkan uang kepada keluarga bu Rita pada saat dilanda kesulitan.
Kini bu Rita dan suaminya menyadari bahwa segala hal yang terjadi, ternyata menyimpan sebuah hikmah yang berharga. Tuhan telah mengambil rezekinya di masa lalu akibat tindakan buruk mereka yang tidak dapat menjaga kelimpahan tersebut secara wajar dan apa adanya. Kini mereka menyadari sepenuhnya dan berjanji untuk menjaga kelimpahan Tuhan sebaik-baiknya, bahkan rela membaginya kepada mereka yang membutuhkan. Pada saat itu, bu Rita dan suaminya benar-benar telah mencapai tingkat kesuksesan tinggi untuk kedua kalinya. Perbedaannya adalah jika di masa lalu mereka menghabiskan harta hanya untuk berfoya-foya, namun untuk saat ini mereka menggunakan harta tersebut untuk meringankan penderitaan orang lain, disamping memenuhi kebutuhan mereka sendiri dengan ucapan syukur yang tiada henti. Berkat kecerdasan Bioenergi, kini mereka kembali hidup berkelimpahan dengan perasaan yang jauh lebih tenang, damai dan ceria hingga akhirnya mampu berbagi dengan sesama. Tulisan ini saya baca dari surat yang dikirimkan oleh bu Rita ke Bioenergi dua tahun setelahnya. Pada intinya, mereka mengucapkan terimakasih kepada saya karena kecerdasan Bioenergi yang ada dalam diri mereka mampu menyadarkan mereka dari berbagai pikiran dan tindakan yang negatif, hingga akhirnya tercipta sebuah kehidupan yang berkelimpahan dan merasakan ketenteraman hidup, baik bagi keluarganya sendiri maupun bagi sesama.
Jika Anda ingin melunasi hutang dengan mudah dan cepat, Segera Konsultasikan ke Syaiful M. Maghsri. Hotline: 085327271999, 0818278880, Office (0274) 412446.
Pengalaman Ibu Rita Prawita Sari dari Solo (39 tahun)
Anda Sedang Menghadapi Berbagai Masalah? Ingin Segera Mendapatkan Solusinya? Pastikan Hubungi dan Konsultasikan Masalah Anda ke Syaiful M. Maghsri agar Anda tahu cara mengatasi masalah dengan cepat. Hotline: 085327271999, 0818278880, Office (0274)412446.
Salam Sehat & Sukses Selalu