Setiap individu pastinya menginginkan suatu perubahan kedewasaan yang semakin matang. Seiring bertambahnya usia dan kematangan jiwanya, ia pasti berkeinginan untuk menjalin sebuah hubungan yang serius dengan seseorang yang sangat ia cintai. Ketika janji perkawinan sudah diucapkan oleh dua anak manusia yang sedang dilanda gelora asmara tersebut, semua hal yang ada di dunia ini sangatlah indah dan berwarna. Hari-hari mereka dipenuhi oleh kebahagiaan dan cinta. Namun keharmonisan itu kurang sempurna apabila tidak menghadirkan sang buah hati yang akan melengkapi kebahagiaan mereka.
Inilah kisah hidup yang dialami oleh ibu Dila dan suaminya dalam menjalani rumah tangga. Mereka menikah pada usia yang dapat dikatakan sudah sangat matang bagi tolak ukur masyarakat kita. Ibu Dila kala itu menikah di usia 29 tahun sedangkan suaminya berusia 32 tahun. Mereka memang menjalin hubungan pacaran lumayan lama karena kesibukan masing-masing yang ingin meniti karir terlebih dahulu untuk mengumpulkan material kehidupan yang nantinya akan mereka gunakan untuk membangun rumah tangga. Kehidupan mereka setelah menikah diwarnai dengan kebahagiaan dan keharmonisan yang setiap waktu terpancar dalam aktivitas yang mereka lakukan. Pada saat itu hampir tidak pernah ada masalah serius yang mengganggu kehidupan mereka, kecuali masalah sepele akibat kesalahpahaman yang masih tergolong wajar dalam hidup berumah tangga.
Pada awal penikahan, ibu Dila merasakan kebahagiaan yang sempurna sehingga ia sedikit berpikir egois akan limpahan kasih sayang dan perhatian yang diberikan suaminya. Jika suami ingin mengunjungi orang tuanya, terkadang ia melarangnya dengan segala sifat manja yang ada pada dirinya. Hal itu yang terkadang menyulitkan sang suami untuk melakukan aktivitas, walaupun yang bernilai baik. Sudah berkali-kali sang suami menasihatinya untuk merubah kebiasaan buruk tersebut, namun ibu Dila tetap saja dengan keras mempertahankan sifat egoisnya. Bahkan yang lebih parah lagi, ia belum menginginkan kehadiran seorang anak karena dipikirnya akan menimbulkan kerepotan, apalagi masing-masing dari mereka memiliki kesibukan berbeda setiap harinya.
Sang suami yang pada saat itu ingin menuruti keinginan istri hanya bisa berpasrah, karena apa pun yang diinginkan oleh istrinya dia anggap sebagai hal terbaik bagi kehidupan rumah tangganya. Ia sangat menyayangi istrinya, hingga untuk meminta seorang anak saja rasanya enggan, apalagi bu Dila yang pada saat itu memang belum ingin merasakan hamil, selayaknya ibu-ibu yang lain. Namun hal itu ternyata menimbulkan kontra dari pihak orang tua keduanya; mereka pada dasarnya ingin cepat menimang seorang cucu. Setelah pro dan kontra itu terjadi, kehidupan mereka sering sekali diguncang dengan prahara rumah tangga yang tidak pernah habis. Ternyata keinginan ibu Dila untuk tidak hamil dulu adalah hal yang salah dan kurang mendapat dukungan dari orang-orang disekitarnya.
Dalam keadaan seperti ini, suaminya memberi arahan dan pemahaman secara perlahan kepada bu Dila agar ia menyadari bahwa kehidupan rumah tangga sebenarnya akan lebih hangat apabila dapat menghadirkan seorang bayi lucu sehingga rumahnya juga akan semakin ramai. Lambat laun bu Dila luluh dan mulai menyadari bahwa selama ini dia bersikap egois. Semenjak itu, bu Dila dan suaminya berusaha untuk mewujudkan keinginan tersebut, namun ternyata usaha tersebut sia-sia. Segala macam cara mereka lakukan agar bu Dila segera hamil. Tidak ada hasil yang terlihat, bahkan sampai tahun ke-7 pernikahan mereka. Mungkin inilah hukuman Tuhan atas keinginan bu Dila yang dirasa kurang menyadari anugerah hidup. Sungguh suatu hal yang tidak diharapkan dalam kehidupan rumah tangga yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Mereka mulai putus asa dan khawatir apabila memang tidak bisa menghasilkan keturunan. Sewaktu diperiksakan ke Rumah Sakit, dokter mengatakan bahwa organ reproduksi keduanya tidak mengalami masalah, jadi tidak mustahil mereka akan punya anak. Mereka hanya perlu bersabar agar Tuhan segera memberikan anugerah itu seperti yang diharapkan.
Suatu ketika, orang tua bu Dila menyarankan mereka untuk mengatasi permasalahan tersebut ke Bioenergi Center. Bukanlah hal yang mustahil jika Bioenergi dapat memberikan jalan yang terbaik, apalagi orang tua bu Dila juga pernah menyembuhkan penyakit ginjalnya hingga merasakan sembuh total. Dengan gerak cepat, akhirnya bu Dila dan suaminya datang ke Bioenergi Center agar mendapatkan sejumlah pengarahan yang pasti untuk menyelesaikan masalah mereka. Pada saat itu saya memang sedang berada di tempat, lalu mereka berkonsultasi langsung kepada saya. Mendengar cerita mereka, saya menyarankan agar terlebih dahulu mereka melakukan introspeksi diri untuk mengingat segala kesalahan masa lalu yang pernah mereka lakukan.
Sedikit demi sedikit mereka curahkan segala hal yang pernah menganggu kehidupan rumah tangga mereka. Apalagi bu Dila, ia sangat menyesal dengan segala kelakuannya di masa lalu. Ternyata pemikirannya untuk tidak mau memiliki momongan di awal pernikahan hanya sebuah ungkapan egois yang tidak ia sadari. Dia benar-benar merasa bersalah terhadap suami dan keluarga besarnya karena semua ini adalah hasil kemauan dia hingga masalah terberat ini mulai muncul. Pada saat itu pula saya mulai mengarahkan pemikirannya dengan menghadirkan kecerdasan Bioenergi. Segala ungkapan kejujuran bu Dila telah mencerminkan bahwa ia ingin segera menuntaskan masalah yang telah membelenggu rumah tangganya tersebut.
Kecerdasan Bioenergi sangat penting bagi kebaikan makhluk hidup karena disitulah ia bersemayam dan bergerak cepat menjadikan kehidupan manusia dan makhluk lainnya lebih sempurna dan harmonis dengan alam semesta. Begitu pula dengan manusia. Kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan telah dikaruniai sebuah akal budi untuk berpikir dengan kekuatan yang konstruktif dan bertingkah laku selayaknya makhluk paling cerdas yang ada di dunia ini. Oleh karena kita memiliki akal, hendaknya kita menciptakan segala pikiran yang positif sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan bagi diri kita sendiri dan juga orang-orang yang ada di sekitar kita. Mendengar hal tersebut, bu Dila semakin menyadari bahwa ternyata kehidupan yang ia jalankan selama ini tidak mengarahkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.
Dengan memikirkan segala hal yang positif, secara tidak sadar kita juga akan bertindak seperti apa yang kita pikirkan itu. Apabila kita berpikir mengenai kebahagiaan, keluarga harmonis, mengasuh anak dan keceriaan maka kita dapat mewujudkan hal tersebut dengan kemampuan yang kita miliki. Namun bila kita memikirkan segala hal yang buruk, Tuhan juga akan mengabulkan segala keinginan kita tersebut. Dengan perlahan, segera saya menuntun hati dan pikiran ibu Dila untuk merasakan kehadiran Bioenergi dalam dirinya agar dia pun tidak patah semangat dan memunculkan kembali gairah hidupnya seperti sedia kala.
Setelah itu, saya mengarahkan bu Dila agar memiliki prinsip dan keyakinan yang kuat akan kehadiran buah hati yang ia inginkan. Dengan perlahan, saya menuntunnya untuk mengucapkan kata-kata berikut ini setiap saat dalam batinnya : ”Dengan Kuasa dan Kehendak-Mu Ya Tuhan, melalui daya kecerdasan Bioenergi ini, saya ingin menyembuhkan semua penyakit dan gangguan dalam pernikahan saya. Saya ingin agar suami dan keluarga saya merasakan kebahagiaan sempurna dari segala hal yang akan saya lakukan. Saya akan berusaha melepaskan segala perasaan gundah, marah, kecewa, egois dan tindakan apa pun yang dapat merusak diri saya, pasangan saya dan pernikahan kami. Melalui kecerdasan Bioenergi ini pula, saya mengharapkan kemudahan, kebahagiaan dan segera memiliki buah hati seperti yang kami harapkan. Lebih lanjut saya menghendaki agar cinta ini semakin hari akan semakin kuat dan berkelimpahan rezeki.”.
Setelah tiga bulan berlalu, bu Dila dan suaminya kembali datang ke Bioenergi dengan wajah girang dan penuh semangat. Mereka sangat berterimakasih kepada Bioenergi karena pada akhirnya dengan pengarahan yang telah saya berikan, mereka hampir memiliki seorang anak. Pada saat itu bu Dila ternyata telah hamil 1 bulan sehingga hal itu membuat kehidupan cinta mereka semakin bergairah dan harmonis. Rona bahagia ketika itu terpancar dari senyum keduanya, seakan mengulang kembali masa-masa indah mereka di kala awal pernikahan. Mereka sangat bersyukur karena kecerdasan Bioenergi ini telah mengubah kehidupan mereka menjadi lebih utuh dan sempurna sebagai seorang ayah dan ibu. Walaupun harus menunggu 8 tahun lamanya, mereka bersyukur karena Tuhan masih menyayangi mereka. Bu Dila pun sempat berpikir, seandainya telah mengenal Bioenergi sejak awal, pasti sudah bertahun-tahun yang lalu ia memiliki seorang anak, bahkan lebih. Bagaimanapun keadaannya sekarang, ia yakin bahwa kecerdasan Bioenergi ini telah membawa berkah bagi kehidupannya. Selain membahagiakan suami, ia juga menebarkan aroma bahagia itu kepada keluarga besarnya yang sempat menjauhinya.
Jika Anda ingin cepat mendapatkan keturunan seperti Ibu Dila, Segera Konsultasikan ke Syaiful M. Maghsri. Hotline: 0818278880, 085327271999, Office (0274) 412446.
Pengalaman Ibu Margaretha Dila Puspita dari Solo (38 tahun)
Anda Sedang Menghadapi Berbagai Masalah? Ingin Segera Mendapatkan Solusinya? Segera Hubungi dan Konsultasikan Masalah Anda ke Syaiful M. Maghsri agar Anda tahu cara mengatasi masalah dengan cepat. Hotline: 0818278880,085327271999, Office (0274)412446.
Salam Sehat & Sukses Selalu