Selasa, 29 April 2014

Sukses Mendidik Siswa dengan Ilmu Bioenergi

   


Pekerjaan apa pun yang kita lakukan tentunya memiliki risiko yang setara dengan hasil kerja yang nantinya akan kita raih. Apa pun risikonya, kita harus berani melangkah maju karena segala sesuatu yang kita lakukan dengan teguh hati dan semangat yang kuat pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan bagi diri kita sendiri. Gempuran keras kehidupan yang sering kita hadapi akan memperkokoh fondasi bangunan jiwa kita sehingga apa pun yang terjadi dapat kita lewati dengan hati yang tegar dan langkah juang yang tiada henti. Setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu memiliki nilai tersendiri. Kita akan mengetahui jumlah nilai pekerjaan apabila kita bekerja dengan hati yang ikhlas dan sungguh-sungguh, bahkan hal ini akan jelas terlihat ketika orang lain memuji kita atas hasil yang diraih.

Kisah berikut ini akan kita saksikan sebagai penyemangat diri yang memperlihatkan bahwa perjuangan hidup akan menciptakan buah manis di kehidupan yang akan datang. Bu Indri adalah seorang guru Fisika yang pada saat itu dipindahtugaskan di salah satu SMU yang ada di Yogyakarta. Sebelumnya, ia mengajar di SMU yang ada di daerah Bantul. Namun apa pun risikonya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, mau tidak mau dia harus mematuhi segala keputusan kerja yang dilimpahkan kepadanya. Suka duka telah ia rasakan sebagai seorang guru, bahkan tidak jarang ia mengalami problematika dengan anak didiknya.

Sama seperti permasalahan di tempat mengajar sebelumnya, saat itu pula ia merasakan kesulitan dalam mengatur anak didiknya. Di sekolah tersebut, bu Indri selalu menemui masalah di saat jam belajar berlangsung. Tindakan bandel karena tidak memperhatikan penjelasannya dan teriakan suara-suara gaduh disetiap jam mengajarnya membuatnya menjadi tidak tenang. Ia merasa tidak pernah dihargai oleh anak didiknya. Hal itu tidak jarang menimbulkan teguran dari sesama guru di sekolah tersebut. Terkadang bu Indri merasa sakit hati dan kecewa apabila perhatian ke anak didiknya sama sekali tidak diindahkan oleh mereka. Bahkan pada saat ia mengadukan keluhan ini kepada bapak kepala sekolah, bukan simpati atau jalan keluar yang ia dapat namun tanggapan sadislah yang ia terima. Pada saat itu, bu Indri justru dianggap sebagai guru yang loyo, tidak bisa tegas dan tidak bisa bertanggung jawab atas pekerjaannya.

Ia sama sekali tidak mengerti atas kejadian yang menimpanya. Di satu sisi, bu Indri merasa tidak bersalah karena semaksimal mungkin ia telah berusaha menciptakan suasana mengajar yang nyaman. Di sisi lain, hal ini sama sekali tidak pernah didukung oleh hampir semua anak didiknya di kelas tersebut. Bahkan karena berita keburukannya tersebut telah tersebar di lingkungan sekolahnya, beberapa guru yang lain menjadi tidak simpati lagi terhadapnya. Mereka menganggap bahwa bu Indri tidak pernah menggunakan cara mengajar yang benar. Bahkan mereka menuduh bu Indri selalu korupsi waktu saat mengajar karena keluar lebih dahulu sebelum jam belajar selesai, padahal itu bukanlah alasan yang tepat. Hal itu terjadi karena situasi kelas yang ia hadapi tidak pernah kondusif terhadap dirinya. Setiap masuk kelas untuk mengajar, ia tidak pernah merasa nyaman hingga terpaksa harus menyudahi pelajaran sebelum waktu selesai. Semakin lama ia merasa semakin tertekan dengan keadaan dirinya tersebut. Seandainya dipecat, ia rela dan akan ikhlas menerimanya karena semua ini ia anggap sebagai beban hidup yang tidak berkesudahan hingga mengganggu kehidupannya.

Akhirnya atas bujukan suaminya, bu Indri datang ke Bioenergi untuk mencari solusi atas permasalahannya tersebut. Ketika bertemu dengan saya, ia menceritakan segala permasalahan hidupnya dengan nada bicara yang sepertinya tidak ada semangat lagi untuk melangkah ke depan. Ia merasa frustasi, sakit hati hingga merasa tidak dihargai. Sebagai guru, ia sudah sangat bersabar dan bahkan selalu mengikuti arus keinginan anak didiknya, namun hasilnya tetap saja tidak menguntungkan. Ia bingung dengan cara apa lagi ia akan bertahan sementara usaha kerasnya tidak pernah dihargai. Di saat puncak kemarahannya, tidak jarang ia meluapkan kata kasar dan bertindak keras terhadap anak didiknya. Ini dilakukannya bukan karena ia jahat namun untuk mendidik mereka agar lebih disiplin. Ketika bu Indri bertindak tegas, anak didiknya akan semakin bandel, bahkan sama sekali tidak menganggap dirinya sebagai guru yang seharusnya dihargai. Namun ketika bu Indri terlalu bersabar dan lemah lembut dalam mengajar, banyak guru yang menganggapnya tidak tegas dalam mendidik murid-muridnya. Hal inilah yang memicu problematika hatinya saat itu.

Sejenak saya memandang wajah bu Indri lalu memberikan pemahaman hidup yang mungkin dapat memberi pencerahan bagi dirinya. Saya memulainya dengan pemahaman akan Bioenergi yang diciptakan Tuhan bagi kebaikan umat manusia. Bioenergi adalah suatu daya kreatif yang ada di dalam diri kita, yang memberikan pengarahan untuk mencapai segala hal yang kita inginkan. Bioenergi dapat dengan cepat dihadirkan apabila kita memanfaatkan kekuatannya dengan segala pemikiran yang kondusif. Pertama, kita harus memiliki keyakinan bahwa Bioenergi itu ada dan selalu bersemayam di dalam diri kita. Kedua, kita harus menciptakan segala pemikiran yang konstruktif (membangun) atas segala hal yang terpikir sehingga akhirnya dapat mengarahkan tindakan yang positif pula. Ketiga, hapuskan segala pemikiran diri kita dari berbagai hal yang destruktif (merusak) karena hal itu hanya akan menghalangi langkah kita disaat mencapai sesuatu yang kita harapkan. Dan keempat, jangan lupa kita panjatkan doa yang disertai dengan kepasrahan diri agar kecerdasan Bioenergi ini dapat menyelesaikan masalah apa pun yang kita hadapi.

Saya mencoba membantu langkah yang terakhir tersebut dengan memberikan sedikit arahan doa yang nantinya dapat dia panjatkan, kapan pun dan dimana pun dia membutuhkannya : ”Ya Tuhan, melalui Kecerdasan Bioenergi ini, saya ingin mewujudkan segala harapan yang telah lama saya perjuangkan untuk kebaikan sesama. Dengan mengajar, semoga saya bisa menyalurkan segala ilmu dunia dengan cara yang membahagiakan dan ditaburi dengan cinta kasih sehingga siapa pun yang mendengarnya, akan dapat mengambil hikmahnya dan mengaplikasikan kebaikannya dalam kehidupan ini. Semoga segala hambatan hilang, serta dalam karir dan kehidupan ini pun saya dapat mengenyam kesuksesan, kelimpahan serta kebahagiaan dalam hidup.”

Setelah pulang dari Bioenergi, ia mulai merenungi segala hal yang terjadi dalam kehidupannya di masa lalu. Ia selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik, namun hal itu tidak pernah membuahkan hasil yang maksimal lantaran kesadarannya untuk memanfaatkan Bioenergi belum maksimal pula. Ia memang bekerja sesuai aturan, namun hati dan pikirannya ternyata tidak seikhlas pancaran senyum di wajahnya. Karena menanggung banyak masalah, ia sering berpikir negatif, entah sering menegur murid dengan keras, kurang bersabar, terlalu cepat emosi atau pun jarang bersosialisasi dengan guru yang lainnya. Padahal sebagai guru, ia seharusnya memberikan perhatian yang lebih dengan banyak bersabar, melakukan pendekatan dengan hati, mampu menahan emosi serta menjalin relasi yang baik dengan sesama agar terjalin hubungan sosial yang lebih erat dan harmonis. Secara perlahan, bu Indri mulai menyadari hal tersebut. Ia berusaha merubah sikap dan tindakannya sesuai dengan prinsip kecerdasan Bioenergi.

Ternyata semua itu telah membawa hasil yang tidak mengecewakan. Dua minggu setelah ia memanfaatkan kecerdasan Bioenergi, bu Indri merasakan perubahan yang luar biasa. Ia merasakan kehidupan yang lebih ringan, terbebas dari pemikiran yang negatif dan merasakan kehidupan yang baru. Hari demi hari ia rasakan sebagai guru yang paling dihormati dan dihargai oleh anak didiknya. Bahkan, setiap ia mengajar, anak didiknya selalu bersikap tenang, tidak bandel serta mendengarkan dengan sungguh-sungguh segala ilmu yang ia berikan. Nilai hasil belajar mereka pun tidak mengecewakan. Selain itu, hubungan sosialnya dengan para guru yang lain juga terjalin lebih baik.

Ibu Indri sangat bersyukur atas limpahan Bioenergi yang dianugerahkan oleh Tuhan dalam hidupnya. Sejak saat itu, ia merasakan kembali berkah sebagai seorang guru sejati yang bekerja dengan segenap hati. Ia mengajar dengan bahasa cinta terhadap anak didiknya melalui proses kecerdasan Bioenergi. Akhirnya dua bulan setelah itu, ia dipercaya untuk menjabat sebagai wali di salah satu kelas yang ada di sekolah itu. Hal tersebut ia ceritakan langsung kepada saya saat ia berkunjung kembali ke Bioenergi enam bulan setelahnya. Kini ia merasa lebih dihargai dan kecerdasan Bioenergi ini merupakan berkah terindah yang ia terima selama hidupnya.

Jika Anda ingin sukses mendidik siswa atau mahasiswa seperti Pengalaman Ibu Indri, Segera Konsultasikan ke Syaiful M. Maghsri. Hotline:  0818278880, 085327271999, Office (0274) 412446.
Pengalaman Ibu Indri Rachmawati dari Cirebon (29 tahun)


Anda Sedang Menghadapi Berbagai Masalah? Ingin Segera Mendapatkan Solusinya? Pastikan Hubungi dan Konsultasikan Masalah Anda ke Syaiful M. Maghsri agar Anda tahu cara mengatasi masalah dengan cepat. Hotline: 0818278880, 085327271999, Office (0274)412446.  

Salam Sehat & Sukses Selalu


SHARE THIS
PelatihanSolusiBioenergi