Senin, 11 Maret 2013

Kunci Mengatasi Godaan

Para ulama senantiasa menasehati orang-orang yang masih ragu, khawatir jika tidak bisa makan, meski yang bersangkutan sebenarnya tidak pernah sama sekali tidak makan. Sikap seperti ini disebabkan oleh kurangnya memikirkan ayat-ayat Allah dalam  Al-qur’an mengenai rezeki dan kurang menafakuri ayat-ayat Allah serta tidak ingat akan sabda-sabda Rasulullah. Mereka terus menerus mendengarkan godaan setan mengenai omongan orang-orang yang jahil dan tertipu oleh kebiasaan orang-orang yang lalai, yang pada akhirnya setan menguasai hati mereka. Adapun orang-orang yang baik, ialah yang menggunakan mata hati secara sungguh-sungguh dan mereka melihat jalan dari langit yang dilalui oleh rezeki-rezeki. Mereka tidak menoleh kepada godaan setan, manusia-manusia serta nafsu. Apabila mereka digoda oleh setan atau hawa nafsu atau seorang manusia, mereka lawan sekuat tenaga dan menolak untuk turut, sampai akhirnya manusia berpaling dari mereka dan setan juga menjauhi mereka.



Yakinlah bahwa rezeki itu tidak akan lewat, ia pasti datang kepada kita, rezeki itu pasti akan datang untuk kita. Persoalan rezeki dan tawakal adalah dua hal yang amat penting. Dan setan melakukan godaan-godaan yang besar sehingga iman-iman orang yang ahli zuhud tidak luput dari godaan-godaan setan. Akan tetapi semua ini tidak akan bisa di lampui dengan selamat jika tidak disertai dengan usaha dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Kaum salihin itu mempunyai kekuatan ilmu dan mempunyai cahaya yakin dan ada hikmah dalam soal agama, sehingga mereka kuat melakukan perjuangan yang begitu berat dan menuaikan hak mereka yang sudah tinggi.

Rezeki itu memang sudah dibagikan sebelum engkau diciptakan Allah ke dunia. Hal ini betul-betul sudah disebutkan dalam Al-qur’an dan hadist-hadist Rasulullah yang sahih dan malah yang mutawatir. Rasulullah bersabda, “Sudah ditulis di punggung ikan di laut dan banteng di hutan, ini rezeki untuk seseorang bagi orang yang bimbang tidak akan bertambah kecuali hanya kepayahan.” Allah Ta’ala menjamin rezeki bagi hamba-Nya dan yang di jamin-Nya ialah rezeki agar badan kita hidup kuat dan terus membesar dan jaminan ini adalah tenaga untuk kita dan bekal bagi kita, dari mana dan bagaimana pun jalannya. Yakni bahwa tanggungan untuk menguatkan badan dan yang diandalkannya ialah Allah, yang terpenting adalah kuat badan untuk bisa berdiri, beribadah dan bisa beramal saleh. Allah pasti memberi tenaga supaya dapat menuaikan tugas ibadah dan khidmad selama ia masih hidup dan selama ia disuruh beribadah. Inilah yang disebut Allah Maha Berkuasa. Dengan demikian tidak usah mempersoalkan sebab-sebabnya, karena itu ahli ibadah dan ahli zuhud kuat bepergian jauh dan terus semalaman beribadah.

Allah mengetahui segala-galanya dari segala seginya lahir dan batin, karena itu kita serahkan segala urusan kepada Allah. Kita hanya memilih saja, tetapi dalam hati kita serahkan kepada Allah. Oleh karena itu dalam setiap hal yang penting jangan lupa istikharah, minta dipilih oleh Allah SWT mana yang terbaik.

Ridho terhadap takdir memiliki dua hal pokok, keduanya menguatkan dan tidak ada yang lebih daripadanya. Faedah yang ada dalam ridho baik untuk sekarang maupun nantinya. Adapun faedah untuk sekarang adalah hati tidak bimbang, kalau sudah ridho, susah yang tanpa faedah berkurang. Rasulullah bersabda kepada Abdullah Bin Mas’ud, “Jangan engkau banyak susah, apa yang ditakdirkan Allah pasti terjadi, apa yang tidak ditakdirkan Allah pasti tidak akan datang padamu.” Adapun faedah ridho takdir di kemudian hari, ialah ganjaran dan keridhoan dari Allah. Allah berfirman, “Allah ridho kepada orang-orang yang ridho kepada takdir-Nya dan mereka juga ridho kepada Allah.”(QS. Al Bayyinah 98 : 8).

Agar kita ridho dalam qada, yaitu tentang besarnya bahaya dan kerugian yang terdapat dalam keluh kesah, yang bisa membuat kita menjadi kufur,  bahkan terjerumus dalam kemunafikan, kecuali kalau diberi rahmat oleh Allah. Dalam hadist qudsi Allah berfirman, “Barang siapa tidak rela terhadap takdir-Ku dan tidak sabar terhadap cobaan daripada-Ku dan tidak bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh-Ku, carilah Tuhan selain daripada-Ku.” Seakan-akan Tuhan berkata “Tidak suka aku sebagai Tuhannya ia tidak rela akan takdir-Ku, carilah Tuhan yang ia sukai”. Ini ancaman yang paling keras.


Adapun sabar adalah semacam obat pahit, obat minum yang tidak enak rasanya tetapi banyak manfaatnya, mendatangkan segala kemanfaatan dan menolak segala mudarat. Sabar ada empat macam, yaitu sabar melakukan taat, sabar menahan diri dari maksiat, sabar menahan diri dari godaan dunia dan sabar menderita cobaan-cobaan dan musibah-musibah. Sabar itu menolak mudarat, membikin senang hati, tidak usah bersusah-susah, kesal dan berpayah-payah di dunia dan disiksa di akhirat. Apabila seseorang lemah, tidak mampu sabar dan tetap menempuh jalan tidak sabar, maka akan luput daripadanya manfaat dan dirinya akan terkena mudarat, sebab dia tidak sabar menanggung payahnya taat. Sabar menderita musibah itu lebih payah daripada musibah itu sendiri. Jadi apa faedahnya ketika sabar yang akibatnya hanya menghilangkan hal-hal yang sudah ada, bahkan yang belum juga tidak bisa di dapat, maka harus bersungguh-sungguh kalau yang satu luput yang lain jangan sampai luput juga.


Demikianlah hendaknya, apabila musibah tidak bisa lagi kita tolak, namun kalau masih bisa ditolak kita mestinya menghindarinya. Tetapi kalau sudah terlanjur terjadi, apakah bisa kita balikkan lagi? Jadi tidak ada gunanya bila kita tidak mau bersabar. Tetapi, bilamana ada musibah, karena kita ridho dan sabar, kita menerimanya dengan tenang, seolah-olah seperti tidak ada musibah, ini suatu kebaikan dari suatu musibah. Kelihatannya seperti musibah, lahirnya saja musibah, namun hakekatnya adalah kenikmatan, maka dari itu ucapkanlah olehmu, “Kita kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali”. Apabila sudah menjalankan zikir ini di hati dan mendawamkan dengan membolak-balik dan berlatih, hal ini akan memudahkan.

Kalau keadaannya sudah begitu artinya sudah dapat menangani aneka godaan, sudah beres urusannya, maka istirahatlah hati dan badanmu di dunia dan ingat akan ganjaran yang besar dan simpanan yang baik di akhirat dan derajatmu menjadi mulia serta dikasihi oleh Rabbul’Alamin. Kepada Allah jua kita memohon, mudah-mudahan Allah memberi kepadamu dan kepada kami taufiknya yang baik, sebab segala urusan ada di tangan kekuasaan-Nya dan dia yang paling belas kasih. Jadi jelaslah bahwa kunci penangan godaan yaitu dengan sikap bertawakal, bersabar dan ridho.   ( iQ )  

SHARE THIS
PelatihanSolusiBioenergi